Post-Travel Effect. Makassar edition
Sambil nunggu ujan reda, nulis ah..
Akhir tahun lalu I got the impulse to visit South Sulawesi area. I've been there in 2010, tepatnya ke Makassar and Sorowako, but secara itu assignment dari kantor, ya biasa aja. Akhirnya pas lagi iseng nyusun trip dengan kawan, tercetuslah nama kota Toraja yang terkenal dengan acara penguburannya yang aduhai.
So, kita beli tiket Merpati dan Citilink di tengah tahun yang ujung-ujungnya ngeluarin duit sampe 1.2jt lalu menangis darah pas tau Airasia buka jalur penerbangan baru DANNNN harga tiketnya pp ngga nyampe 400rebu. Bedebah!
Anyway, let's bygone be bygone. Duit yang keluar jangan ditangisi, lebih baik lembur ditingkatkan biar balik modal. HAHAHAHA.
Kesan pertama di Makassar waktu 2010 ternyata saya rasakan juga di 2012, yaitu.. PANAS naudjubillah OMG! Ngga ada setengah menit keluar dari pesawat, langsung berasa terik mentari membakar kulit. Keluar airport, setelah gugel sana-sini, diambil kesimpulan kalo ke tengah kota bisa ngangkot dan kalo keluar dari airport bisa naik DAMRI aja biar gratisan. Norak super sih pas nyobain Damri Bandaranya Makassar, hahahaha, soalnya mikir, "Bayar ngga bayar ngga bayar ngga..." trus siapin duit 20rb di tangan. Ternyata memang ngga bayar dong. Soalnya ampe gerbang bandara doang dan dia langsung muter balik. Doenkkk. For you guys who want to take the DAMRI bus, just head to the right side of the airport once you're outside. Pretty easy. Then after that, take the angkot ke tengah kota.
Pengalaman pertama saya backpacker-an dengan niat ngangkot ya waktu ke Makassar ini. Hahaha. Orang-orangnya ramahhhh.. waktu nanya arah ke supir, eh satu angkot langsung ngobrol dong. Semuanya diskusi tentang best route to go to the bus terminal. Hahaha. ~Nice
Yang paling nyebelin adalah supir2 angkot yang suka ngebohong tentang ongkos. Triknya ya paling nanya dulu sama sesama penumpang biaya angkotnya. Easy lah if you can talk to the local.
Di Makassar, saya cuma numpang lewat ajah soalnya tujuan utama adalah Tanjung Bira. Dari terminal Malengkeri (bacanya: Melengkeri dengan semua huruf E dilafalkan ala Batak), ada banyak angkot2 yang sebenernya mobil2 Avanza dkk. Mereka ini normalnya ngangkut orang ke Bira dengan tarif 60rb per orang. No AC, jendela kebuka, asap rokok dan masuk angin karena cara nyetir orang Makassar tu maut banget. But unfortunately (?), at that time, since there's four of us, we chartered the card at 400K IDR (yang akhirnya bikin malu soalnya ketemu bule2 di pulau Liukang yang cerita kalo mereka bayar 250K utk bertiga. WHAT? Our bargaining skill sucks!). Akhirnya kami langsung jalan ngga pake ngetem, ngga ngangkut orang di tengah jalan, dan bisa dianterin ke pelabuhannya langsung.
Then, dari Bira, langsung nelfon2 PIC yang punya penginapan di pulau Liukang. Best island everrr.. suka abis sama pantainya yang sepi, lautnya yang udah kaya private bathtub di depan cabin kita. Sama pengalaman snorkeling yang ngga perlu nyemplung. Standar pantai langsung jadi tinggi abis balik dari Pulau Liukang ini.
Untuk contact personnya, bisa menghubungi Bapak Ramli (+6281342578515 atau +6282190889751). Waktu Desember 2012 kemarin, harga per kamarnya 250rb untuk dua orang. Kamar mandi oke dan air juga lumayan paling tawar dari semua island resort (kek udah sering aja nginep di pulau)
Di pulau Liukang, ketemu bule-bule dari Romania bertiga, dua cowo dan satu cewe, satunya pasangan, satunya lagi temenan. Awww.. Percakapan cukup goblok, berkisar, "Is that true your country has dracula?" "Ow.. you mean Transylvania?" HAHAHAHHAHA... doenkkk.. memalukan.
Sungguh sangat keren ngobrol sama orang2 yang cuti sebulan dua bulan dari kantornya, just to travel around the world. MAOOO!!! Mereka headed east from their homeland, dari Pulau Liukang di Sulawesi, Pulau Key di deket Flores NTT sana (they send us the picture, damn gorgeous beach), trus ke Pulau Komodo, Lombok, Bali, dst dst..
Sigh.
Anyway, back from Pulau Liukang, we got to spend one more day di Tanjung Bira. Gilak pasirnya gilaaaakkkk, putih kaya tepung. Tapi buat kamu-kamu yang lebih prefer quieter beach, go ahead to Bara beach instead. It's located right next to Pantai Bira. Technically we could just walk along the beach line to reach Bara beach, HOWEVER, the tide was pretty strong and it's high tide already, so unless you wish to be the latest drown victim, we took the normal way. Ask the local around, and they'll tell you how to get there. Just walk along a path, for about 3km, passing through the tropical forest with its monkeys (trust me, the monkey is harmless. Just walk straight ahead. Balinese monkey has truly given all monkey race a bad name, SHAME ON YOU, Uluwatu monkey!).
After some scary but funny experience with the monkeys, we arrived on Bara beach.. HELLO paradise on earth. It's quiet, it's huge, and there's only one running resort there. Dang, I forgot the name of the owner, but her resort is pretty. She had A LOT of stories as well, as a German widowed (she's Indonesian btw), she owned the resort and run it with the help of her son. Her son is still staying in Deutschland, fyi).
Next, we took the chartered car back to Makassar. It's normally 4 hours trip, so please schedule your time wisely. Not learning from experience, we still paid 400K *sigh* but this time we INSISTED to turn on the AC and no to smoke in the car. HAHAHAHA. The driver is kind enough since he took us to places in Bira that we haven't visited yet (such as the Phinisi ship factory, pretty damn cool ship!).
Arrived at Makassar... lah iki kenapa jadi bahasa Londo begini tiba-tiba? Karena janjian dengan seorang teman lainnya yang bela-belain ikutan dari Timika, Papua, akhirnya saya dan kawan-kawan memutuskan untuk kopi darat sambil mencoba Palu Basa Serigala. Nope, it's not wolf meat, it's just located at Jl. Serigala. Dan ternyata daerah sekitarnya penuh dengan nama-nama hewan, hihihi.. Jalan Harimau, Jalan Kuda, dll. Lucu yak.
Next trip, we're headed to Tana Toraja. Ntar ah dilanjutkan ke part 2. Hujan udah reda nih.
Akhir tahun lalu I got the impulse to visit South Sulawesi area. I've been there in 2010, tepatnya ke Makassar and Sorowako, but secara itu assignment dari kantor, ya biasa aja. Akhirnya pas lagi iseng nyusun trip dengan kawan, tercetuslah nama kota Toraja yang terkenal dengan acara penguburannya yang aduhai.
So, kita beli tiket Merpati dan Citilink di tengah tahun yang ujung-ujungnya ngeluarin duit sampe 1.2jt lalu menangis darah pas tau Airasia buka jalur penerbangan baru DANNNN harga tiketnya pp ngga nyampe 400rebu. Bedebah!
Anyway, let's bygone be bygone. Duit yang keluar jangan ditangisi, lebih baik lembur ditingkatkan biar balik modal. HAHAHAHA.
Kesan pertama di Makassar waktu 2010 ternyata saya rasakan juga di 2012, yaitu.. PANAS naudjubillah OMG! Ngga ada setengah menit keluar dari pesawat, langsung berasa terik mentari membakar kulit. Keluar airport, setelah gugel sana-sini, diambil kesimpulan kalo ke tengah kota bisa ngangkot dan kalo keluar dari airport bisa naik DAMRI aja biar gratisan. Norak super sih pas nyobain Damri Bandaranya Makassar, hahahaha, soalnya mikir, "Bayar ngga bayar ngga bayar ngga..." trus siapin duit 20rb di tangan. Ternyata memang ngga bayar dong. Soalnya ampe gerbang bandara doang dan dia langsung muter balik. Doenkkk. For you guys who want to take the DAMRI bus, just head to the right side of the airport once you're outside. Pretty easy. Then after that, take the angkot ke tengah kota.
Pengalaman pertama saya backpacker-an dengan niat ngangkot ya waktu ke Makassar ini. Hahaha. Orang-orangnya ramahhhh.. waktu nanya arah ke supir, eh satu angkot langsung ngobrol dong. Semuanya diskusi tentang best route to go to the bus terminal. Hahaha. ~Nice
Yang paling nyebelin adalah supir2 angkot yang suka ngebohong tentang ongkos. Triknya ya paling nanya dulu sama sesama penumpang biaya angkotnya. Easy lah if you can talk to the local.
Di Makassar, saya cuma numpang lewat ajah soalnya tujuan utama adalah Tanjung Bira. Dari terminal Malengkeri (bacanya: Melengkeri dengan semua huruf E dilafalkan ala Batak), ada banyak angkot2 yang sebenernya mobil2 Avanza dkk. Mereka ini normalnya ngangkut orang ke Bira dengan tarif 60rb per orang. No AC, jendela kebuka, asap rokok dan masuk angin karena cara nyetir orang Makassar tu maut banget. But unfortunately (?), at that time, since there's four of us, we chartered the card at 400K IDR (yang akhirnya bikin malu soalnya ketemu bule2 di pulau Liukang yang cerita kalo mereka bayar 250K utk bertiga. WHAT? Our bargaining skill sucks!). Akhirnya kami langsung jalan ngga pake ngetem, ngga ngangkut orang di tengah jalan, dan bisa dianterin ke pelabuhannya langsung.
Then, dari Bira, langsung nelfon2 PIC yang punya penginapan di pulau Liukang. Best island everrr.. suka abis sama pantainya yang sepi, lautnya yang udah kaya private bathtub di depan cabin kita. Sama pengalaman snorkeling yang ngga perlu nyemplung. Standar pantai langsung jadi tinggi abis balik dari Pulau Liukang ini.
Untuk contact personnya, bisa menghubungi Bapak Ramli (+6281342578515 atau +6282190889751). Waktu Desember 2012 kemarin, harga per kamarnya 250rb untuk dua orang. Kamar mandi oke dan air juga lumayan paling tawar dari semua island resort (kek udah sering aja nginep di pulau)
Di pulau Liukang, ketemu bule-bule dari Romania bertiga, dua cowo dan satu cewe, satunya pasangan, satunya lagi temenan. Awww.. Percakapan cukup goblok, berkisar, "Is that true your country has dracula?" "Ow.. you mean Transylvania?" HAHAHAHHAHA... doenkkk.. memalukan.
Sungguh sangat keren ngobrol sama orang2 yang cuti sebulan dua bulan dari kantornya, just to travel around the world. MAOOO!!! Mereka headed east from their homeland, dari Pulau Liukang di Sulawesi, Pulau Key di deket Flores NTT sana (they send us the picture, damn gorgeous beach), trus ke Pulau Komodo, Lombok, Bali, dst dst..
Sigh.
Anyway, back from Pulau Liukang, we got to spend one more day di Tanjung Bira. Gilak pasirnya gilaaaakkkk, putih kaya tepung. Tapi buat kamu-kamu yang lebih prefer quieter beach, go ahead to Bara beach instead. It's located right next to Pantai Bira. Technically we could just walk along the beach line to reach Bara beach, HOWEVER, the tide was pretty strong and it's high tide already, so unless you wish to be the latest drown victim, we took the normal way. Ask the local around, and they'll tell you how to get there. Just walk along a path, for about 3km, passing through the tropical forest with its monkeys (trust me, the monkey is harmless. Just walk straight ahead. Balinese monkey has truly given all monkey race a bad name, SHAME ON YOU, Uluwatu monkey!).
After some scary but funny experience with the monkeys, we arrived on Bara beach.. HELLO paradise on earth. It's quiet, it's huge, and there's only one running resort there. Dang, I forgot the name of the owner, but her resort is pretty. She had A LOT of stories as well, as a German widowed (she's Indonesian btw), she owned the resort and run it with the help of her son. Her son is still staying in Deutschland, fyi).
Next, we took the chartered car back to Makassar. It's normally 4 hours trip, so please schedule your time wisely. Not learning from experience, we still paid 400K *sigh* but this time we INSISTED to turn on the AC and no to smoke in the car. HAHAHAHA. The driver is kind enough since he took us to places in Bira that we haven't visited yet (such as the Phinisi ship factory, pretty damn cool ship!).
Arrived at Makassar... lah iki kenapa jadi bahasa Londo begini tiba-tiba? Karena janjian dengan seorang teman lainnya yang bela-belain ikutan dari Timika, Papua, akhirnya saya dan kawan-kawan memutuskan untuk kopi darat sambil mencoba Palu Basa Serigala. Nope, it's not wolf meat, it's just located at Jl. Serigala. Dan ternyata daerah sekitarnya penuh dengan nama-nama hewan, hihihi.. Jalan Harimau, Jalan Kuda, dll. Lucu yak.
Next trip, we're headed to Tana Toraja. Ntar ah dilanjutkan ke part 2. Hujan udah reda nih.
Comments
@ajay: Ya eyalahhhh... walaupun lembur ngga dibayar, tapi lumayan ada duit transport =P